Powered By Blogger

Monday 28 May 2012

Penggunaan Model Role Playing dalam Pembelajaran


Pada dasarnya pembelajaran harus sebisa mungkin terwujud dalam suasana yang menyenangkan dan melibatkan keaktifan peserta didik, agar peserta didik dapat mengalami pembelajaran yang bermakna dan benar-benar memahami apa yang ia pelajari. Pembelajaran tersebut dapat dilakukan salah satunya dengan metode role playing. Melalui kegiatan role playing, pebelajar mencoba mengekspresikan hubungan-hubungan antar manusia dengan cara memperagakannya, bekerja sama dan mendiskusikannya, sehingga secara bersama-sama pebelajar dapat mengeksplorasi perasaan, sikap , nilai dan berbagai strategi pemecahan masalah.
Bermain peran pada prinsipnya merupakan pembelajaran untuk ‘menghadirkan’ peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu ‘pertunjukan peran’ di dalam kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian terhadap.  Pembelajaran ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam ‘pertunjukan’, dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran. Dalam role playing murid diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif melakukan praktik-praktik berbahasa bersama teman-temannya pada situasi tertentu. Belajar efektif dimulai dari lingkungan yang berpusat pada diri murid.

Manfaat Pembelajaran dengan Metode Role Playing
1.    Role playing  dapat memberikan semacamhidden practise, dimana murid tanpa sadar menggunakan ungkapan-ungkapan terhadap materi yang telah dan sedang mereka pelajari.
2.    Role playing  melibatkan jumlah murid yang cukup banyak, cocok untuk kelas besar.
3.    Role playing  dapat memberikan kepada murid kesenangan karena role playing  pada dasarnya adalah permainan.
Tujuan Pembelajaran Role Playing
Menurut Zuhaerini (1983: 56), model ini digunakan apabila pelajaran dimaksudkan untuk: (a) menerangkan suatu peristiwa yang di dalamnya menyangkut orang banyak, dan berdasarkan pertimbangan didaktik lebih baik didramatisasikan daripada diceritakan, karena akan lebih jelas dan dapat dihayati oleh anak; (b) melatih anak-anak agar mereka mampu menyelesaikan masalah-masalah sosial-psikologis; dan (c) melatih anak-anak agar mereka dapat bergaul dan memberi kemungkinan bagi pemahaman terhadap orang lain beserta masalahnya.
Bermain peran dapat menciptakan situasi belajar yang berdasarkan pada pengalaman dan menekankan dimensi tempat dan waktu sebagai bagian dari materi pelajaran. Bermain peran memberikan kemungkinan kepada para murid untuk mengungkapkan perasaan-perasaannya yang tak dapat mereka kenali tanpa bercermin kepada orang lain. Melalui bermain peran, emosi dan ide-ide dapat diangkat ke taraf kesadaran untuk kemudian ditingkatkan melalui proses kelompok. Model mengajar ini membuat proses-proses psikologis yang tersembunyi (covert) berupa sikap-sikap nilai-nilai, perasaan-perasaan dan sistem keyakinan dapat diangkat ke taraf kesadaran melalui kombinasi pemeranan secara spontan dan analisisnya.
Mudairin (2009: 4) menjelaskan bahwa untuk dapat mengukur sejauhmana bermain peran memberikan manfaat kepada pemeran dan pengamatnya ditentukan oleh tiga hal, yakni (1) kualitas pemeranan; (2) analisis yang dilakukan melalui diskusi setelah pemeranan; (3) persepsi murid terhadap peran yang ditampilkan dibandingkan dengan situasi nyata dalam kehidupan. Pembelajaran dengan model role playing dilaksanakan menjadi beberapa tahap, yaitu sebagai berikut: (1) tahap memotivasi kelompok; (2) memilih pemeran; (3) menyiapkan pengamat; (4) menyiapkan tahap-tahap permainan peran; (5) pemeranan; (6) diskusi dan evaluasi; (7) pemeranan ulang; (8) diskusi dan evaluasi kedua; (9) membagi pengalaman dan menarik generalisasi.
Prinsip Penerapan Model Role Playing dalam Pembelajaran
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan model pembelajaran ini. Karena penggunaan model bermain peran tidak dapat digunakan untuk semua materi dan situasi pembelajaran.
1.    Penggunaan model role playing harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, agar tujuan dapat tercapai secara efektif dan efisien.
2.    Mengetahui kemampuan awal siswa.
3.    Kemudahan materi untuk dapat diterapkan dalam model role playing
4.    Kegunaan model role playing dalam penyampaian materi itu sendiri
Langkah Penerapan Model Role Playing
1.    Persiapan simulasi
] Menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai oleh simulasi
] Guru memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan disimulasikan
] Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam simulasi, peranan yang harus dimainkan oleh para pemeran, serta waktu yang disediakan
] Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya khususnya pada siswa yang terlibat dalam pemeranan simulasi
2.    Pelaksanaan simulasi
] Simulasi mulai dimainkan oleh kelompok pemeran
] Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian
] Guru hendaknya memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapat kesulitan
] Simulasi hendaknya dihentikan pada saat puncak. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong siswa berpikir dalam menyelesaikan masalah yang sedang disimulasikan.
3.    Penutup 
] Melakukan diskusi baik tentang jalannya simulasi, maupun materi cerita yang disimulasikan. Guru harus mendorong agar siswa dapat memberikan kritik dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan simulasi.
] Merumuskan kesimpulan.
Kelebihan dan Kelemahan Metode Role Playing
Kelebihan Metode ini antara lain: (1) seluruh siswa dapat berpartisipasi dan mempunyai kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya dalam bekerja sama hingga berhasil, dan (2) merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak. (3) suasana yang menggembirakan bagi siswa selama mereka belajar metode role playing dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.
Sedangkan kelemahan atau kekurangan role playing antara lain: 1) menimbulkan kegaduhan sehingga terkadang menyebabkan kelas yang lain merasa terganggu, 2)  dibutuhkan keterampilan guru dalam mengelola permainan, 3) siswa kurang maksimal atau menghayati peran yang dilakoninya, 4) membutuhkan banyak waktu untuk melakukan persiapan dalam bermain peran, dan 5) dibutuhkan kecakapan bahasa yang baik dari siswa. 

Referensi:
Purwitasari, Wahyu Indriana. 2008. “Penerapan metode pembelajaran role playing untuk meningkatkan keaktifan, keantusiasan, dan prestasi belajar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas III SD Banjarsari Pacitan” (online), (http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/TEP/article/view/1191, diakses tanggal 28 Mei 2012).
Sukarto. 2007. “Metode Pembelajaran Role Playing” (online), (http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2101737-metode-pembelajaran-role-playing/, diakses tanggal 28 Mei 2012).
Deden, Muhammad. 2010. “Pembelajaran Role Playing Mata Pelajaran PKN Kelas V SD Inpres” (online), (http://www.dedenbinlaode.web.id/2010/01/penerapan-model-pembelajaran-role.html, diakses tanggal 28 Mei 2012).


"Every saint has a past. Every sinner has a future" - Anon


Rizka Diana K.
(A510100212)

No comments:

Post a Comment